Prayogi/Republika

Sudah Terlambatkah Berinvestasi Emas?

Retno Wulandhari, Novita Intan

Kepala Riset dan Edukasi PT MonexInvestindoFutures, AristonTjendra mengatakan, harga emas masih berpotensi naik karena pasar khawatir dengan peningkatan penularan Covid-19 di dunia. Pasar melihat itu berpotensi mengganggu laju pemulihan ekonomi global.

 

Menurut Ariston, isu gelombang kedua penyebaran Covid-19 saat ini menjadi perhatian pasar. Hal ini ditambah dengan berbagai stimulus fiskal dan moneter yang memberikan likuiditas bagi para pelaku pasar untuk membeli aset.

 

"Sentimen ini menambah penguatan harga emas," kata Ariston, belum lama ini.

Tidak hanya itu, Ariston menambahkan, penguatan harga emas juga didorong oleh konflik Amerika Serikat (AS) dan Cina yang kian memanas. Pasar melihat konflik dua negara besar ini berpotensi mengganggu perekonomian global.

 

Artinya, tren kenaikan harga emas masih akan terus terjadi. Dengan begitu, tidak ada kata terlambat untuk berinvestasi di logam mulia.

 

Sementara itu, perencana keuangan, Diana Sandjaja mengatakan, saat ini belum terlambat untuk memulai investasi emas meski harganya semakin mahal. Tidak sekadar investasi, menurut Diana, berinvestasi emas dalam bentuk logam mulia juga bisa untuk melindungi nilai.

Tidak ada kata terlambat. Jika membeli saat ini di mana nilainya sudah mencapai Rp 1 juta per gram, menjualnya diharapkan nanti ketika harga emas bisa lebih tinggi lagi.

Diana mengatakan, emas sebaiknya digunakan sebagai instrumen investasi jangka panjang atau minimal lima tahun. Namun, apabila dibutuhkan dalam jangka waktu pendek, ia menyarankan agar tetap menjualnya di atas harga saat membeli.

 

"Tidak ada kata terlambat. Jika membeli saat ini di mana nilainya sudah mencapai Rp 1 juta per gram, menjualnya diharapkan nanti ketika harga emas bisa lebih tinggi lagi," ujar Diana.

Dia pun menyarankan, sebaiknya jika ingin berinvestasi dengan emas, yang dikoleksi adalah emas batangan dan bukan perhiasan. Miliki juga emas batangan 24 karat yang mudah ditransaksikan di dalam negeri dan umum.

 

"Sehingga ketika kita ingin menjualnya mudah dan tidak diragukan lagi kualitas emas yang kita simpan,” ujarnya.

 

Perencana keuangan independen, Safir Senduk mengingatkan agar masyarakat menghindari investasi emas hanya berdasarkan proyeksi atau prediksi semata. Namun yang pasti, emas terbilang ideal sebagai instrumen investasi di tengah ketidakpastian ekonomi.

 

"Meramalkan emas itu sulit, beda sama saham. Kalau saham, misalnya saham otomotif nih, tahun ini penjualan otomotif lagi nggak bagus. Ya sudah sahamnya jangan beli dulu, penjualan lagi nggak bagus. Atau saham farmasi, lagi banyak orang sakit, jadi industrinya naik. Nah, kalau emas ini susah diprediksi," kata Safir.

 

Kendati susah diprediksi, Safir melihat harga emas cenderung konsisten naik. Ada kalanya, harga emas terkoreksi pastinya, tapi dalam taraf terbilang kecil. Harga emas, menurut dia, lebih sering mengalami kenaikan ketimbang penurunan.