Berbicara tentang Surakarta atau Solo tidak hanya identik dengan keraton, kain batik dan budayanya. Namun di daerah penyangga seperti Kabupaten Sukoharjo, terdapat sentra industri kain pantai yang diproduksi oleh hampir semua penduduk di Desa Krajan, Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Sentra industri kain pantai tersebut sudah ada sejak sekitar tahun 1995. Hingga kini, aktivitas usaha kain pantai menjadi sumber utama pendapatan warga setempat.
"Saya udah hampir 30 tahun kerja sebagai pengrajin kain pantai, alhamdulillah bisa menghidupi anak dan keluarga dari (kain pantai) ini" ujar Sugeng (49) kepada Republika.id di sela-sela waktu penjemuran kain, beberapa waktu lalu.
Di tepian sungai Bengawan Solo, kain-kain dengan motif beragam berjejer rapi membentuk pola yang indah di bawah terik matahari. Para pengrajin dengan sabar menunggu surup hingga kain kering dapat diangkut. Setiap harinya mereka mampu menghasilkan 60 kain pantai dengan panjang rata-rata 30 meter dengan harga Rp12.000 hingga Rp18.000 per meter.
Proses pembuatan kain pantai tidak bisa selesai hanya dalam satu hari saja. Selain karena bergantung pada faktor cuaca, juga proses pengerjaannya yang cukup panjang mulai dari pewarnaan kain, menambahkan motif, penjemuran, hingga pengemasan.
Buah karya dari tangan-tangan anak bangsa ini tidak hanya selesai di pasar domestik saja, melainkan mampu menembus pasar internasional seperti Asia hingga Eropa.
Kemajuan suatu daerah tidak hanya dapat dinilai dari masifnya sektor industri asing masuk ke suatu daerah, melainkan pemberdayaan dari sektor ekonomi kerakyatan serta kemudahaan akses perdagangan bagi pelaku UMKM sehingga mampu menciptakan kemandirian ekonomi bagi warga sekitar.
top