pixabay

Serangan seksual berupa gambar dapat menyebabkan  dampak kesehatan mental pada korban.

Oleh ADYSHA CITRA R, MEILIZA LAVEDA

Beberapa waktu lalu, aktor Keanu Reeves menjadi salah satu dari sederet selebriti yang wajahnya kerap digunakan tanpa izin dalam berbagai manipulasi video dengan teknologi deepfake. Wajah Reeves bahkan pernah digunakan dalam video pornografi bertema The Matrix yang dibuat dengan teknologi tersebut.

 

Tak ayal, Reeves menyebut deepfake sebagai teknologi yang menakutkan. Deepfake pada dasarnya merupakan teknologi berbasis kecerdasan buatan yang kerap dimanfaatkan untuk memanipulasi gambar hingga video. Dengan teknologi ini, wajah seseorang di dalam sebuah video bisa diganti menjadi wajah orang lain, termasuk wajah para selebriti.

 

Wajah Reeves kerap digunakan dalam banyak video palsu dengan memanfaatkan teknologi deepfake. Kabar buruknya, wajah Reeves sering kali digunakan dan disalahgunakan tanpa izin oleh para pengguna teknologi tersebut. "Deepfake itu menakutkan," jelas sang aktor, seperti dilansir AceShowbiz.

 

Selain dapat menyalahgunakan wajah orang lain untuk kepentingan pribadi tanpa izin, bintang The Matrix tersebut menilai ada hal lain yang membuat deepfake menakutkan, khususnya bagi para aktor dan aktris. Menurut Reeves, kecanggihan deepfake bisa saja membuat aktor kehilangan agensi dan tergantikan perannya. "Yang membuat frustasi mengenai ini adalah Anda akan kehilangan agensi," lanjut Reeves.

 

Pada tahun lalu misalnya, perusahaan telekomunikasi Rusia melakukan deepfake terhadap wajah aktor Bruce Willis dalam iklan mereka. Reeves menilai iklan tersebut mencerminkan betapa performa aktor bisa dengan mudah tergantikan oleh teknologi. "Itu menakutkan. Merupakan hal yang menarik untuk melihat cara manusia berurusan dengan teknologi-teknologi ini," ujarnya.

 

Secara umum, Reeves mengatakan saat ini beragam bentuk teknologi telah menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Teknologi kini juga makin berperan dalam sektor edukasi, pengobatan, politik, hingga hiburan. "Teknologi juga mempengaruhi cara kita berperang dan cara kita bekerja," ujar Reeves dalam sesi wawancara untuk Wired bersama dengan stuntman dan sutradara Chad Stahelski.

 

Dalam kesempatan tersebut, Reeves dan Stahelski juga turut berbincang mengenai film John Wick: Chapter 4 yang akan dirilis pada Maret 2023. Meski saat ini teknologi memudahkan penonton untuk menyaksikan film dari berbagai media atau gawai, ia menilai menonton film langsung di bioskop masih memiliki keunggulannya tersendiri. Salah satu dari keunggulan bioskop adalah skala layarnya. "Anda bisa melihat pertunjukan luar biasa dengan emosi dan alur cerita yang menyentuh Anda dari jarak dekat," ujar Reeves.

Freepik

Semua Bisa Jadi Korban

 

Tak hanya menimpa para artis, masyarakat umum pun bisa pula menjadi korban deepfake. Salah seorang streamer Twitch, QTCinderella pada 30 Januari 2023, mendapati kotak masuknya ramai dibanjiri dengan tangkapan layar video porno.

 

Dia mengenali wajah yang ada di tangkapan itu, wajah dirinya. Namun, itu bukan tubuhnya. Dia tidak pernah membuat film porno atau memvideokan dirinya sedang telanjang. Sontak QT terkejut, bingung, panik, dan sakit.

 

Akhirnya, dia memutuskan untuk membagikan perasaannya dalam siaran langsung dadakan kepada 800 ribu pengikutnya. “Saya ingin menunjukkan bahwa ini adalah masalah besar. Setiap wanita di situs web itu, merasakan trauma seksual,” kata QT yang enggan memberikan nama aslinya, dilansir USA Today, Kamis (16/2/2023).

 

Meskipun penggemar dan wanita lain telah menyuarakan dukungan mereka, QT juga menerima banyak pesan kebencian dan menyalahkan korban. Sebagian besar dari mereka adalah pria yang tidak mengerti bagaimana gambar palsu dapat menyebabkan kerugian yang nyata.

 

Ada juga mereka yang percaya bahwa ini adalah harga yang dibayar wanita untuk mendapatkan ketenaran di internet. “Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Kami sebagai wanita tidak melakukan kesalahan apa pun,” ujarnya.

Penggunaan deepfake bisa menyebabkan korban mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Selain harus menanggung banyaknya kebencian terhadap dirinya, dia juga berjuang mengatasi rasa sakit. Sebab, foto-foto itu dikirim ke keluarganya. Dia harus menjelaskan berulang kali dan mengklarifikasi hal tersebut kepada keluarganya. QT merasa itu sangat memalukan.

 

Pekerja sosial klinis berlisensi Jessica Klein mengatakan, sebuah gambar yang diubah atau tidak sudah cukup menciptakan trauma yang nyata bagi sebagian orang. Ini bisa menyebabkan korban mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD).

 

Menurut studi yang diterbitkan dalam Fight the New Drug, serangan seksual dan pelecehan nonkonsensual berbasis gambar, bisa menyebabkan dampak efek kesehatan mental pada korban. “Sesuatu tidak perlu terjadi secara fisik pada tubuh Anda untuk menimbulkan trauma. Rasa aman Anda benar-benar hilang ketika tubuh Anda digambarkan dengan cara nonkonsensual untuk dilihat jutaan orang,” kata Klein.

 

QTCinderella menambahkan seharusnya ada undang-undang yang mengatur hal ini. “Kami membutuhkan undang-undang federal. Kami membutuhkan sesuatu yang terjadi pada orang yang mengambil keuntungan dari orang lain dihukum,” tambahnya.

 

Saat ini, banyak negara bagian AS memiliki undang-undang yang melarang revenge porn atau penggunaan pornografi sebagai balas dendam dan gambar telanjang nonkonsensual. Namun, hanya tiga negara bagian yang secara khusus sudah menyertakan penyalahgunaan deepfake dalam aturannya, yaitu California, Virginia, dan Texas.

socialmediasafety.org

Cermat Mengenali Tanda Deepfake

Oleh NOER QOMARIAH KUSUMAWARDHAN

Dengan potensi penyalahgunaan deepfake yang makin luas di masa yang akan datang, mengenali tanda deepfake, bisa jadi akan sangat bermanfaat. Dikutip dari DailyMail, setidaknya ada 15 cara yang bisa kita gunakan untuk mengenali sebuah deepfake, yakni:

1. Gerakan mata yang tidak wajar

Gerakan mata pada deepfake, biasanya tidak terlihat alami. Hal seperti kurangnya gerakan mata, seperti tidak adanya kedipan, adalah tanda bahaya besar. Meniru tindakan berkedip dengan cara yang terlihat alami atau meniru gerakan mata orang sungguhan, memang masih menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan teknologi deepfake. Hal ini, sekaligus juga bisa menjadi celah untuk mengenali adanya penyalahgunaan deepfake.

2. Ekspresi wajah yang tidak wajar

Ketika ada sesuatu yang tidak beres pada wajah, itu bisa menandakan facial morphing. Ini terjadi ketika satu gambar digabung di atas gambar yang lain.

3. Pemosisian fitur wajah yang canggung

Jika wajah seseorang mengarah ke satu arah dan hidungnya mengarah ke arah lain, Anda harus meragukan keaslian video tersebut.

4. Kurangnya emosi

Anda juga dapat melihat apa yang dikenal sebagai facial morphing jika wajah seseorang tampaknya tidak menunjukkan emosi yang seharusnya sesuai dengan apa yang seharusnya mereka katakan.

5. Tubuh atau postur tubuh yang tampak canggung

Tanda lain adalah jika bentuk tubuh seseorang tidak terlihat alami, atau ada posisi kepala dan tubuh yang janggal atau tidak konsisten. Ini mungkin salah satu ketidakkonsistenan yang lebih mudah dikenali, karena teknologi deepfake biasanya berfokus pada fitur wajah daripada seluruh tubuh.

6. Gerakan tubuh atau bentuk tubuh yang tidak wajar

Jika seseorang terlihat terdistorsi atau tidak aktif saat menoleh ke samping atau menggerakkan kepalanya, atau gerakannya tersentak-sentak dan terputus-putus dari satu frame ke frame berikutnya, Anda harus curiga bahwa video tersebut palsu.

7. Pewarnaan yang tidak alami

Warna kulit yang tidak normal, perubahan warna, pencahayaan yang aneh, dan bayangan yang salah tempat adalah tanda bahwa apa yang Anda lihat kemungkinan besar palsu.

8. Rambut yang tidak terlihat asli

Anda tidak akan melihat rambut keriting atau kusut karena gambar palsu tidak akan dapat menghasilkan karakteristik individual ini.

9. Gigi yang terlihat nyata

Algoritma mungkin tidak dapat menduplikasi gigi individu, jadi tidak adanya skema gigi yang jelas, bisa menjadi petunjuk.

10. Kabur atau kesalahan penyelarasan

Jika tepi gambar buram atau visual tidak sejajar—misalnya, di mana wajah dan leher seseorang bertemu dengan tubuhnya, kita harus curiga bahwa ada sesuatu yang salah.

11. Kebisingan atau audio yang tidak konsisten

Pembuat deepfake biasanya menghabiskan lebih banyak waktu untuk gambar video daripada audio. Hasilnya bisa berupa sinkronisasi bibir yang buruk, suara yang terdengar seperti robot, pengucapan kata yang aneh, suara latar digital, atau bahkan ketiadaan audio.

12. Gambar yang terlihat tidak natural saat diperlambat

Jika Anda menonton video di layar yang lebih besar dari ponsel cerdas atau memiliki perangkat lunak pengeditan video yang dapat memperlambat pemutaran video, Anda dapat memperbesar dan memeriksa gambar lebih dekat. Memperbesar bibir, misalnya, akan membantu Anda melihat apakah mereka benar-benar berbicara atau sinkronisasi bibir yang buruk.

13. Perbedaan tagar

Ada algoritma kriptografi yang membantu pembuat video menunjukkan bahwa video mereka asli. Algoritma digunakan untuk menyisipkan tagar di tempat-tempat tertentu di sepanjang video. Jika tagar berubah, Anda harus mencurigai adanya manipulasi video.

14. Sidik jari digital

Teknologi blockchain juga dapat membuat sidik jari digital untuk video. Meskipun tidak mudah, verifikasi berbasis blockchain ini dapat membantu memastikan keaslian video. Cara kerjanya adalah saat video dibuat, konten didaftarkan ke buku besar yang tidak dapat diubah. Teknologi ini dapat membantu membuktikan keaslian sebuah video.

15. Membalikkan pencarian gambar

Pencarian untuk gambar asli, atau pencarian gambar terbalik dengan bantuan komputer, dapat menemukan video serupa secara daring untuk membantu menentukan apakah suatu gambar, audio, atau video telah diubah dengan cara apa pun. Meskipun teknologi pencarian video terbalik belum tersedia untuk umum, berinvestasi pada alat seperti ini dapat membantu mengenali deepfake dan mungkin akan sangat berguna di masa yang akan datang.

Trauma karena

Deepfake