Ia mengungkapkan, sebagian besar pasangan yang akan menikah pun kerap luput dalam mempersiapkan dana tabungan, investasi, ataupun asuransi yang tanpa disadari akan berguna andai ada hal buruk menimpa. "Jika pengeluaran jangka panjang tidak disiapkan sedemikian rupa, hal tersebut dapat menjadi penyebab konflik paling utama dalam pernikahan," ujar Peter dalam Financial Fitness Classes dengan tema “Siap Nikah dengan Modal Investasi: Reach for Great New Chapter of Life” yang diselenggarakan oleh Great Eastern Life Indonesia bersama Bank OCBC NISP.
Menurut Peter, kesalahan yang biasa dilakukan calon pengantin adalah tidak memiliki proteksi terhadap tabungan dana pernikahan atau proses menabung. Selain itu, tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang untuk kehidupan setelah menikah.
Berdasarkan hal-hal tersebut, tak bisa dimungkiri, masalah ekonomi memiliki andil besar dalam kehidupan pernikahan. Berdasarkan Data Badan Peradilan Agama 2021, sebanyak lebih dari 25 persen kasus perceraian di Indonesia terjadi karena masalah ekonomi yang tidak stabil. Ketidakmampuan masyarakat Indonesia dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat literasi keuangan, khususnya dalam mengelola atau merencanakan keuangan setelah pernikahan.
Instrumen tepat
Peter mengatakan, instrumen yang tepat untuk menyiapkan dana pernikahan adalah menabung. Selain itu, ia mengingatkan untuk mempersiapkan proteksi terhadap hasil tabungan dan proteksi terhadap proses menabungnya. Misal, di tengah proses menabung, ada sesuatu yang buruk terjadi, seperti masuk rumah sakit. Jika kita tidak memiliki asuransi kesehatan, tentu hal tersebut dapat menghabiskan biaya tabungan yang akan digunakan untuk menikah.
"Jadi, menabung harus diiringi dengan berbagai proteksi terhadap risiko-risiko yang tidak diinginkan," ujarnya.
FREEPIK
Menurut dia, dana darurat dan asuransi merupakan hal yang sangat mendasar dalam perencanaan keuangan. Sebelum berinvestasi, sangat disarankan untuk memiliki dana darurat dan asuransi terlebih dahulu agar kita dapat memiliki fondasi yang kuat sebelum melangkah ke tingkat selanjutnya. Dana darurat dapat digunakan untuk mengatasi risiko-risiko yang tidak dapat ditanggung oleh asuransi.
"Mulailah secepat mungkin untuk memiliki perencanaan keuangan tersebut meski belum ada pasangan (calon untuk menikah)," kata dia.
Ia mengungkapkan, saat ini banyak masyarakat yang mulai melirik investasi untuk mempersiapkan dana pernikahan. Bahkan, ia menyebut ada berita yang sempat viral tentang seorang pria yang mempersiapkan saham sebagai mahar untuk pernikahan.
"Perlu diingat agar persiapan pernikahan dengan investasi ini jangan sampai ikut-ikutan atau FOMO dengan tren yang mungkin sedang viral saat ini. Harus kembali kepada kebutuhan dan kemampuan dari setiap pasangan karena pastinya setiap keluarga mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda," ujarnya.
Persiapan pernikahan di instrumen investasi harus dialokasikan ke instrumen yang memiliki risiko yang lebih rendah, tapi tetap memberikan imbal hasil yang menarik, misalnya reksadana pasar uang. "Jangan karena mengejar tren malah diinvestasikan ke saham yang memiliki risiko lebih tinggi. Bisa-bisa pernikahan impian tidak jadi terwujud karena pergerakan saham yang tidak pasti," ujarnya.
Pernikahan indah dan menyenangkan boleh jadi merupakan impian bagi banyak calon pengantin. Demi mewujudkan mimpi itu, tak sedikit yang berusaha keras menabung dan berinvestasi. ‘’Saya sudah menghitung sendiri, setidaknya butuh dana sekitar Rp 85 juta untuk menghadirkan pernikahan impian saya,’’ ujar Putri Ramadhanti (23 tahun).
Perempuan yang baru saja meraih gelar sarjana itu pun sudah menyisihkan penghasilannya saat ini untuk mewujudkan pernikahan impian. ‘’Saya punya reksadana yang dialokasikan khusus untuk dana pernikahan,’’ kata perempuan kelahiran Bandung tersebut.
Kesiapan finansial merupakan hal penting dalam mempersiapkan pernikahan. Pasangan yang sedang mempersiapkan pernikahan tidak hanya perlu menyiapkan biaya acara pernikahan, tetapi juga perlu menyiapkan biaya hidup setelah pernikahan. Setelah menikah, selain tujuan keuangan yang mulai banyak, pengeluaran rutin pun akan bertambah.
Head of Centre for Excellence Great Eastern Life Indonesia Peter Hermawan mengatakan, dana untuk acara pernikahan tiap-tiap orang berbeda, bergantung pada kebutuhan dan keinginan. Sedangkan, dana kebutuhan pasca-pernikahan dapat dibagi menjadi dua, yakni kebutuhan jangka pendek dan kebutuhan jangka panjang.
Pengeluaran jangka pendek umumnya berupa biaya-biaya rutin konsumtif, seperti biaya makan, transportasi, listrik, air, dan telepon atau internet. Belum lagi jika ada biaya cicilan bulanan atas pembelian rumah atau kendaraan serta biaya asuransi kesehatan dan dana darurat.
Sementara itu, pengeluaran jangka panjang umumnya berupa biaya-biaya yang akan dikeluarkan pada kurun waktu 5-10 tahun mendatang, tetapi perlu dipersiapkan sejak dini. Misalnya biaya pendidikan anak dan dana pensiun.
Jika memiliki kesiapan finansial yang baik, tentunya kita dapat mewujudkan pernikahan impian tanpa terkendala biaya serta dapat menjalankan hidup berumah tangga dengan tenang. Lantas, apa strategi jitu agar kita siap menikah dari sisi finansial? Berikut jurusnya.
glenn carstens/unsplash
1. Pasangan memiliki pemahaman finansial yang baik dan perencanaan keuangan jangka pendek, menengah, dan panjang yang matang.
2. Buatlah perencanaan keuangan, baik ada maupun tidak ada pasangan.
3. Sebelum menikah, penting untuk menyepakati semua hal dengan pasangan, termasuk urusan finansial.
Mau menikah di mana, siapa saja yang akan diundang, apa saja acaranya. Lalu, komunikasikan dengan orang tua.
4. Tidak berutang demi memenuhi biaya pernikahan karena itu akan menghambat perjalanan awal masa-masa pernikahan.
8. Tidak ada kata terlambat untuk berinvestasi
5. Menikah bila sudah siap.
Ini berarti siap mental sekaligus siap dana.
Hal tersebut sebaiknya dibicarakan secara terbuka sejak awal sehingga terbentuk komitmen bersama yang jelas.
6. Buatlah perencanaan jangka pendek dan jangka panjang bersama pasangan.
Masukkan nominal dari kebutuhan bersama dan lihat respons pasangan apakah mau sama-sama bertanggung jawab atas rencana yang telah dibuat.
7. Tidak ada kata terlambat untuk merencanakan keuangan.
Perencanaan keuangan tidak rumit asalkan kita meluangkan waktu untuk belajar, lalu pilih yang paling sesuai dengan kebutuhan kita.
top
markus winkler/unsplash