FREEPIK
Sunat laser belakangan menjadi metode sirkumsisi yang populer di masyarakat. Meski begitu, menurut Ketua IDI Periode 2018-2021 Daeng Mohammad Faqih, istilah "sunat laser" sebetulnya keliru. Daeng menjelaskan dalam "sunat laser" yang digunakan biasanya merupakan electrocouter. Jadi, yang dipakai bukan sinar laser sesungguhnya. ''Electrocouter dikhawatirkan menimbulkan efek berbahaya, seperti luka bakar, jaringan mati,'' kata dokter Daeng.
Di sisi lain, untuk penggunaan laser yang sebenarnya, itu memang sudah banyak diadaptasi di dunia kedokteran. Gelombang dari laser disesuaikan dengan keperluan tindakan. Teknologi laser biasanya akan membantu meminimalkan luka. Misalnya, ketika memecahkan batu ginjal, efek sampingnya akan sangat minimal dibandingkan operasi besar.
Daeng mengapresiasi teknologi baru bernama dr M Optical Maser yang dipelopori dr Mahdian Nur Nasution SpBS. Teknologi ini diklaim berasal dari Jerman dan sudah diakui keamanan serta kualitasnya untuk diterapkan pada tindakan sirkumsisi. "Sunat ini sebenarnya merupakan pelayanan medis. Karenanya hal yang dinilai baik umum dan profesi yang diutamakan itu keamanan dan kualitasnya, ini terobosan bagi pelayanan medis," kata Daeng.
Mahdian mengatakan, ada banyak jenis laser, tapi tidak semuanya cocok untuk insisi kulit. Laser ada yang digunakan untuk tulang, jaringan keras, hingga kecantikan.
omar lopez/unsplash
Sementara electrocouter bisa memberikan rasa panas pada kulit. Hal ini yang dinilai perlu disosialisasikan kepada masyarakat bahwa istilah sunat laser selama ini sebenarnya salah. Banyak dampak cedera, luka bakar, hingga amputasi akibat electrocouter.
Di Indonesia, lebih dari dua juta anak menjalani sunatan setiap tahunnya. Karena itu, pelayanan untuk sunatan ini juga dinilai perlu terus lebih optimal.
Mahdian mengungkapkan, sejak awal mendirikan klinik, dia prihatin dengan kurangnya pelayanan memuaskan untuk sunatan di Indonesia. Meski begitu, sekarang sudah mulai mulai menjamur klinik-klinik yang berupaya memberikan pelayanan terbaik.
Teknologi yang diusung oleh Klinik Dokter Mahdian kali ini merupakan sebuah metode sunat laser yang sebenarnya. Diklaim sebagai yang pertama dan satu-satunya di Indonesia, teknologi tersebut memiliki prinsip dasar mengalirkan gelombang elektromagnetik melalui serat optik yang diproses melalui generator sehingga efek potongnya presisi dan tanpa luka bakar. "Penggunaan teknologi ini juga memiliki amputasi minimal, waktu tindakan kurang dari tiga menit, tanpa jahitan, pendarahan relatif minimal, hingga hampir tanpa pendarahan," jelas Mahdian.
Biasanya proses pertama yang dilakukan saat sunat, yakni mulai dari anestesi, pemotongan, dan pembalutan dengan perban.
Adapun manfaat sunat secara umum juga sudah terdapat dalam banyak sekali riset. Misalnya yang mengaitkan sunat dengan kanker. Kemudian manfaat pada kualitas seksual secara subjektif. Ternyata, ada juga studi yang menunjukkan bahwa kanker serviks pada perempuan kebanyakan tertular dari pria yang tidak disunat.
Dampak lain soal risiko infeksi, saat berhubungan seksual, risiko kuman dan virus HIV lebih mudah menular apalagi kalau ada luka. Banyak masyarakat yang belum tahu tentang hal ini. Jika tidak disunat, ada banyak bakteri yang menempel di lipatan kulit yang sulit dibersihkan.
Sedangkan untuk sunat perempuan, menurut dr Mahdian, memang secara hukum di Indonesia seolah masih mengambang. Di satu sisi ada anjuran ulama yang membolehkan, namun para tenaga medis mengkhawatirkan dampaknya.
Tak sedikit orang tua yang percaya mitos tertentu setelah anaknya menjalani sunat. Misalnya, berpikir perlu menghindari makanan tertentu atau bahkan tidak boleh mandi. Dr Mahdian Nur Nasution SpBS, pendiri Rumah Sunat dr Mahdian, mengatakan, setelah disunat, anak tentu boleh beraktivitas dan bahkan tidak ada pantangan makanan tertentu. Anak juga dapat langsung mandi atau dibersihkan dengan hati-hati. "Kecuali anaknya ada alergi dengan makanan tertentu seperti gatal, tapi secara umum tidak ada pantangan," kata dr Mahdian di Klinik Klinik Rumah Sunat dr Mahdian Cabang Taman Margasatwa.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan setelah anak disunat? Berikut penjelasan dr Mahdian:
1. Hindari aktivitas berlebihan
Sebisa mungkin hindari terlebih dulu aktivitas yang dapat membuat tubuh anak kotor. Selama masa pemulihan, anak juga perlu berhenti melakukan aktivitas berlebihan yang berisiko terjadi benturan, misalnya bermain bola, memanjat, maupun aktivitas yang membuatnya rawan jatuh, tersikut, atau tersenggol.
2. Lakukan perawatan yang tepat
Area yang disunat juga perlu dibersihkan sesuai anjuran dokter. Selama perawatan tepat dan berkala, penyembuhan pun dimungkinkan dapat lebih cepat. Sebaliknya, perawatan yang tidak tepat dapat memberi risiko yang tidak diinginkan. "Sembuh itu alami, tidak bisa dipaksa-paksa, Orang tua sering kali tidak paham, jadi kontrol kalau ke klinik kami itu hari pertama dan hari keempat, dicek lukanya," jelas dr Mahdian.
3. Perhatikan kondisi anak
Proses penyembuhan anak bisa bergantung pada teknologi sunat yang digunakan dan kondisi anak itu sendiri. Bagi anak yang punya kelainan pembekuan darah, misalnya, bisa saja dilakukan sunat dengan teknologi yang meminimalisasi, bahkan tidak menghasilkan darah. Misalnya klem, termasuk teknologi dr M Optical Maser, diyakini bisa membantu anak dengan kasus tersebut. Luka bisa sembuh tiga sampai lima hari, apalagi jika tidak ada inflamasi berlebihan dan infeksi. Salah satu kelebihan laser adalah minim inflamasi. Di kliniknya, dr Mahdian menganjurkan agar kontrol pada hari keempat untuk mengetahui hasil sunat.
jordan whitt/unsplash
Di negara-negara Barat, sunat biasanya dilakukan saat masih bayi atau sudah dewasa atas kesadaran diri sendiri. Dokter Mahdian Nur Nasution SpBS juga melihat tentunya hal itu berdampak pada persiapan yang berbeda-beda. Di Indonesia, menurutnya, sunat kebanyakan dilakukan di usia anak-anak.
Maka orang tua perlu mengedukasi anak bahwa sunat itu bermanfaat dan tidak sakit karena bergantung teknologinya. Dokter Mahdian Nur Nasution SpBS mengingatkan agar orang tua melakukan persiapan matang sebelum sunatan, baik fisik maupun mental anak. Berikut tip agar si kecil tak takut disunat.
1. Edukasi dan motivasi anak.
Penting mengedukasi anak bahwa sunat itu akan bermanfaat bagi tubuhnya. Kesadaran anak juga akan membantu anak melalui prosesnya dengan baik. "Karena biasanya yang mau sunat bukan anak, tapi orang tua, karena ingin merayakan, nenek mau datang, tetapi anaknya tidak disiapkan. Jadi buat anak mau dan termotivasi," kata dr Mahdian.
2. Pilih informasi menarik.
Di era digital saat ini, menurut dr Mahdian, ada banyak sekali informasi tentang sunat yang bisa didapatkan dengan mudah. Pilihlah informasi, misalnya berupa video menarik, agar anak dapat melihat proses yang tidak semenakutkan dalam bayangannya. Banyak video tutorial menarik yang bisa diperlihatkan ke anak.
3. Segera pilih tempat yang tepat.
Dengan memberitahu anak bahwa sunat itu tidak sakit dan bermanfaat maka orang tua juga bisa memilih tempat layanan sunat. Saat ini, layanan sunat sudah sangat berbeda dan semakin maju dibandingkan dahulu.
4. Utamakan kenyamanan.
Jika dulu orang maklum sunat itu berdarah dan membuat anak menangis, kini semakin banyak yang memberi pelayanan jauh lebih nyaman. Tenaga medis dapat memberi suntikan yang tidak sakit, anestesi tepat, dan minim darah.
top
Sunat
tanpa
Trauma